Semua Kategori
Artikel

Artikel

Halaman Utama >  Berita  >  Artikel

CVB1-VLP: Pendahulu Vaksin VLP Enterovirus

Nov 05, 2024

Coxsackievirus B1 (CVB1), anggota spesies enterovirus B, merupakan penyebab umum miokarditis akut dan kronis, kardiomiopati dilatasi, serta meningitis purulen. Namun, saat ini belum ada vaksin terhadap CVB1. Pada bulan Juni 2023, para peneliti dari Universitas Tampere menerbitkan artikel di Research Square yang membandingkan struktur dan imunogenisitas partikel virus mirip (VLPs) CVB1 dan kandidat vaksin virus utuh yang dinonaktifkan, serta mengeksplorasi potensi epigallocatechin-3-gallate (EGCG) sebagai adjuvan vaksin.

Produksi CVB1-VLPs dan Vaksin Dinonaktifkan

CVB1 termasuk ke dalam enam serotipe enterovirus. Infeksi CVB dapat menyebabkan konsekuensi yang parah, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Untuk menghasilkan CVB1-VLPs, para peneliti menggunakan vektor transfer bakulovirus yang berisi gen poliprotein CVB1 VP0-3 dan 3CD protease, dan membiakkan mereka di sel serangga untuk menghasilkan VLPs. Vaksin CVB1 yang dinonaktifkan diproduksi menggunakan formalin, dengan isolat CVB1 sebagai templat untuk produksi vaksin dinonaktifkan dan produksi VLP.

Evaluasi EGCG sebagai Adjuvan Vaksin

Meskipun VLP mungkin berkinerja lebih baik daripada metode tradisional produksi vaksin, imunogenisitasnya bisa lemah, sering kali memerlukan adjuvan untuk meningkatkan efektivitas. EGCG, sebuah molekul polifenol yang ditemukan dalam teh hijau, telah diteliti karena sifat antivirusnya dan potensinya sebagai adjuvan vaksin. Penelitian menemukan bahwa penggunaan Tween 80 selama pemurnian VLP secara signifikan meningkatkan stabilitas dan hasil CVB1-VLPs.

Studi ini juga mengevaluasi efek EGCG dan vaksin CVB1 yang dinonaktifkan dengan formalin melalui instilasi nasal, membandingkannya dengan CVB1-VLPs saja atau dalam kombinasi dengan EGCG. Hasilnya menunjukkan bahwa CVB1 yang dinonaktifkan dengan formalin menginduksi respons imun yang seimbang yang melibatkan imun humoral, mukosa, dan seluler, menjadikannya sebagai vaksin mukosa yang menjanjikan. Sebaliknya, ketika CVB1-VLPs digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan EGCG, sel imun dapat menyerap VLPs, tetapi adjuvan mukosa baru diperlukan untuk meningkatkan imunogenisitasnya.

Analisis CryoEM digunakan untuk membandingkan struktur CVB1-VLPs dan partikel CVB1 yang dinonaktifkan dengan formalin yang digunakan untuk vaksinasi nasal. Hasilnya mengungkapkan perbedaan antara VLPs dan partikel CVB1 alami, memberikan dasar struktural untuk memahami perbedaan imunogenisitas. Meskipun VLPs memiliki imunogenisitas relatif rendah, stabilitasnya membuatnya berharga untuk pengembangan vaksin.

Di bidang pengembangan vaksin, Yaohai Bio-Pharma telah muncul sebagai penyedia layanan vaksin VLP yang disesuaikan, dengan sepuluh tahun pengalaman di bidang ini. Memahami kebutuhan unik dari penelitian vaksin, Yaohai menawarkan solusi khusus untuk memenuhi persyaratan tertentu, termasuk penggabungan adjuvan khusus.

Kesimpulan

Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang pengembangan vaksin CVB1, menekankan potensi vaksin CVB1 yang dinonaktifkan formalin dan vaksin berbasis VLP dalam imunitas mukosa serta menyoroti kebutuhan akan adjuvan mukosa baru. Selain itu, potensi EGCG sebagai adjuvan vaksin perlu diteliti lebih lanjut.

Yaohai Bio-Pharma juga aktif mencari mitra global, baik lembaga maupun individu, dan menawarkan kompensasi paling kompetitif di industri. Jika Anda memiliki pertanyaan, jangan ragu untuk menghubungi kami: [email protected]